28 Maret 2020

Jasa Marga Garap Tol Medan - Tebing Tinggi

Nilai investasi untuk jalan bebas hambatan tersebut diperkirakan sekitar Rp4 triliun. PT Jasa Marga Tbk (JSMR) akan menggarap pembangunan jalan tol Medan-KualanamuTebing Tinggi sepanjang 60 kilometer. Nilai investasi untuk jalan bebas hambatan tersebut diperkirakan sekitar Rp4 triliun. “Dana investasi didapat dari kas internal dan eksternal. Sebesar 30% berasal dari internal dan sisanya pinjaman perbankan. Namun, untuk pinjaman masih dalam pen jajakan dengan sejumlah bank,” ujar Direktur Jasa Marga Reynaldi Hermansjah di Jakarta, kemarin.

Ia mengharapkan pembangunan konstruksi jalan tol itu dapat dilakukan mulai tahun depan. Perkiraan lama pengerjaan kurang lebih dua tahun. Di jalan tol yang diproyeksikan memiliki empat ruas terse but, Jasa Marga akan memegang konsesi hingga 40 tahun. Lebih lanjut, Reynaldi mengatakan pengerjaan proyek jalan tol itu turut melibatkan sejumlah perusahaan pelat merah lain. Mereka, antara lain, ujarnya, PT Waskita Karya Tbk, PT Hutama Karya, dan PT PP Tbk. Dalam proyek itu perseroan memiliki porsi sebesar 55% saham dan sisanya dibagi kepada tiga perusahaan lainnya.

“Prospek jalan tol itu baik. Berdasarkan hasil studi, potensi pengguna di ruas tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi di kisaran 18 ribu-20 ribu kendaraan per hari. Pada semester pertama, Jasa Marga Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp811,59 miliar atau meningkat sekitar 6,60% bila dibandingkan dengan pencapaian kinerja periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp761,31 miliar. Pada periode serupa, pendapatan perseroan menurun tipis menjadi Rp4,49 triliun dari sebelumnya pada semester pertama 2013 sebesar Rp4,76 triliun.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri BUMN Dahlan Iskan memastikan proyek tol Trans-Sumatra tetap berjalan kendati PT Hutama Karya sebagai kontraktornya tidak mendapat injeksi modal dari pemerintah. “Hutama Karya bersama BUMN lainnya siap bersinergi.Ini bagian dari pengabdian BUMN kepada negara,“ kata Dahlan di Gedung DPR, Rabu (17/9) malam.

Untuk itu, lanjutnya, skema yang ditempuh ialah pola `bangun dan jual'. Saat pengerjaan satu seksi atau ruas jalan selesai sekitar 80%, bisa dijual kepada Jasa Marga atau kepada pihak yang menawar lebih tinggi. Kemudian, dana yang diperoleh dari penjualan dapat digunakan untuk pembangunan seksi berikutnya. “Saya sih berpikiran Jasa Marga yang menjadi standby buyer,“ ujarnya.

Pola itu, menurut Dahlan, banyak dilakukan di Tiongkok agar pembangunan cepat selesai dan dana investasi dapat diatasi. Investasi empat ruas utama jalan tol Trans-Sumatra diperkirakan membutuhkan Rp298 triliun. (Ant/*/E-2) Media Indonesia, 18/09/2014, halaman 19